Jumat, 19 Agustus 2011

SUDAH SELESAI


SUDAH SELESAI
Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. (Ef. 1:7-8)

Alkitab menyatakan bahwa dosa itu identik dengan hutang. Konsekwensi dosa adalah mati/ kebinasaan kekal (Rm. 6:23a band. Kej.  2:17), maka harus ada nyawa untuk membayarnya, agar dosa itu dapat ditebus. Pengampunan dosa dapat terjadi apabila ada nyawa yang dipakai untuk membayar hutang/dosa itu. Pengampunan dosa itu ibarat seseorang yang punya hutang tapi dianggap lunas oleh si kreditor dimana si kreditor mengambil alih kerugiannya untuk membebaskan pihak yang berhutang itu. Itulah mengapa untuk penebusan dosa manusia, Tuhan harus datang ke dunia, menyerahkan nyawanya sebagai pelunasan hutang-hutang, yaitu dosa manusia dengan cara mati di kayu salib. Pemahaman ini tidak dimiliki dalam agama lain, sehingga seringkali ada banyak pertanyaan, mengapa Allah perlu hadir sebagai manusia hanya untuk mati di kayu salib, seolah-olah Allah lemah dan tidak-berdaya. Kematian Yesus bukanlah kematian 'martir' seperti kematian seorang syuhada yang berjihad,[1] kematiannya bukan pula sebagai kekalahan dalam suatu peperangan. Namun, kematian Yesus adalah Kematian -Korban, dimana Allah merelakan diriNya untuk dikorbankan demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihiNya.

Sebelum penggenapannya, dalam hukum Taurat telah menetapkan bahwa segala dosa disucikan dan diampunkan dengan darah (yang dianggap nyawa), dan "tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Ini dilakukan lewat domba yang dikorbankan diatas mezbah, berulang kali untuk setiap  pengampunan hingga digenapi oleh darah dan kematian Sang Mesias. Darah yang dilambangkan sebagai nyawa ganti nyawa (konsekwensi dosa) telah digantikan oleh Anak Domba Allah yang sempurna, yaitu Yesus Kristus (Yoh. 1:29). Ini adalah sebuah kematian yang juga disebut 'win-win solution,' yaitu semua pihak diuntungkan, demi menebus kematian akibat dosa semua manusia keturunan Adam. Dari kenyataan dan pemahaman ini, kita umat Kristiani memandang betapa penting peristiwa Paskah bagi kehidupan manusia, sebab oleh peristiwa Paskah tersebut manusia dimungkinkan untuk masuk ke dalam kehidupan kekal.

Darah dari Anak Domba Allah yang tercurah di kayu salib menandakan berakhirnya periode Taurat, satu penggenapan yang sempurna karena darah dari Anak Domba Allah sendiri. Itulah sebabnya Tuhan Yesus di kayu salib berkata "tetelestai – Sudah selesai!" (Yoh. 19:30), itu merupakan suatu ucapan kemenangan atas perseteruan terhadap dosa yang menyebabkan kematian kekal berganti menjadi anugerah kehidupan kekal bagi orang-orang yang mau menerima dan mengimani karya Kristus yang terbesar ini. "tetelestai" Menggunakan perfect tense Yunani yang bermakna penebusan telah dilaksanakan, sekali untuk selamanya, efeknya terasa hingga kini. Perfect tense dalam tata bahasa Yunani ini memiliki fungsi yang khas. Tidak ada padanan baik dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang mampu menyatakan makna yang terkandung di dalamnya secara utuh. perfect tense melibatkan tiga gagasan: tindakan yang berlangsung intensif; tindakan yang mengarah pada titik penyelesaian; dan keberadaan dari hasil tindakan. Proses yang dilibatkan dalam Perfect tense adalah proses yang telah mencapai penyelesaian dengan suatu hasil pasti dari sudut pandang pembaca.

LAI TB:     Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-
     Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
KJV: When Jesus therefore had received the vinegar, he said, It is finished: and he bowed his head, and
gave up the ghost.
BGT:        οτε  ουν  ελαβεν  το οξος  ο ιησους  ειπεν  τετελεσται  και  κλινας  την  κεφαλην
 παρεδωκεν  το πνευμα

Translit:   hote {sesudah} oun {oleh karena itu} elaben {Dia menerima} to oxos {anggur asam} ho iêsous {Yesus}  eipen {Dia
                        berkata} tetelestai {verb – perfect passive indicative - third person singular, (sudah) selesai} kai {dan} klinas {menunduk}
 tên kephalên {kepala} paredôken {Dia menyerahkan} to pneuma  {Roh}

Pada naskah papyrus Yunani kuno terdapat satu tulisan tanda terima pajak pada masa jajahan Romawi dulu tertulis kata "tetelestai" sebagai tanda bahwa itu telah dibayar dengan lunas. Dari pengertian ini, kata "tetelestai" juga mengandung makna bahwa hutang dosa itu telah dibayar dengan lunas dengan darah/ nyawa Sang Mesias. Karena itulah para Rasul menggunakan satu terminologi untuk mengungkapkan kebenaran dalam konsep soteria dalam istilah hutang-piutang (lihat Kol. 2:13-14 bdgk  1 Ptr. 1:18-19, 1 Kor. 6:20).

Kata "tetelestai" adalah sebuah kata yang paling indah dari semua yang tertulis di Alkitab, suatu peneguhan tonggak sejarah dalah kehidupan manusia bahwa penebusan telah selesai, satu kali untuk selamanya, dampaknya terasa hingga kini. Kata "tetelestai" menyatakan sebuah babak baru kepada manusia-manusia yang mengimani karyaNya untuk masuk kedalam satu rekonsiliasi, persekutuan yang indah antara Allah sebagai Bapa dan manusia sebagai anak-anakNya, dan kehidupan yang kekal yang dianugerahkan sepada setiap orang yang beriman kepada Kristus (Yoh. 14:1-6). Dalam suasana Paskah ini, mari kita syukuri kebaikan Allah kita. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Kor. 6:20).

By: Motivator Spiritual Life, Lenko


[1] Syuhada: saksi kebenaran kepercayaan Islam (syahid).

Kamis, 18 Agustus 2011

BACK TO THE BIBLE

BACK TO THE BIBLE
Revelation 2:1-7

“2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. 2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.... 2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah." (Why. 2:1-7)

Introduksi:
1. Segi Politis. Efesus dahulu disebut “kota utama dari Asia.” Artinya kota ini merupakan sebuah kota yang penting secara politik. Kota ini disebut “kota merdeka,” sehingga pemerintah Romawi mengizinkan penduduk Efesus mengurus pemerintahannya secara otonom. Tidak ada tentara Romawi yang ada di sana. Pemerintah Efesus memilih majelisnya sendiri dan panitera kota itu memegang seluruh arsip kota tersebut sebagaimana disebutkan dalam Kisah Rasul 19:35. Dan sewaktu-waktu gubernur Romawi turun / berkunjung ke Efesus untuk menghakimi perkara-perkara besar.

2. Segi Agamis. Efesus merupakan sebuah kota terkemuka di dalam masa kekaisaran Romawi. Kota Efesus juga menjadi pusat penyembahan para kaisar dan rakyatnya, sebab di sini terletak sebuah kuil terbesar dan terkenal, yakni kuil Arthemis (Kis. 19:35) dan ada kuil besar lainnya. Itulah sebabnya kota ini diberi gelar sebagai “penjaga kuil.” Jadi pusat penyembahan kekaisaran Romawi dipusatkan di kota ini.

3. Segi Geografis. Kota Efesus terletak di muara sungai Kaister yang juga merupakan sebuah pelabuhan terbesar di Asia kecil. Kota ini menjadi pusat dan tujuan perdagangan dari seluruh Asia. Jalan raya dari timur seperti Kolose dan Laodikia melewati kota Efesus, demikian juga seperti selatan. Posisi kota ini sangat strategis, sehingga dijadikan pusat perdagangan dan perniagaan. Kota ini amat sangat kaya di Asia Kecil. Bahasa yang mempersatukan di kekaisaran ini hanya dengan satu bahasa saja, yaitu bahasa “koine” bahasa Yunani, sehingga kekristenan dapat dengan segera berkembang dan tersebar. Jika kita telusuri ATLAS dunia, maka kota Efesus yang dimaksudkan dalam Alkitab ini adalah kini menjadi kota Turki. (silahkan Anda telusuri seluk beluk kota ini dan hubungkan dengan Alkitab).

4. Segi Situasi Jemaat Efesus. Rasul Paulus sejak menanam hingga membangun dalam pertumbuhan jemaat Efesus kira-kira 3 tahun. Pekerjaan Paulus di jemaat ini sangat diberkati oleh Tuhan, sehingga sangat pesat dan jemaat yang termasyhur di Asia. Kemudian menetapkan Timotius sebagai gembala sidang di jemaat ini, namun Timotius mati sahid di situ di bawah pemerintahan Kaisar Domitian yang kejam itu. Pada saat itu juga rasul Yohanes dibuang ke pulau Patmos. Dan rupanya rasul Yohanes menurut saya adalah “pemimpin dari gereja-gereja di seluruh Asia Kecil, semacam ketua wilayah menurut struktur pemerintahan denominasi GIDI” (menurut penulis article ini). Tetapi tempat tinggal atau rumah dari rasul Yohanes adalah di Efesus. Ketika pada masa tuanya ia ditangkap dan dibuang di pulau Patmos oleh kaisar Domitian.

Dalam kondisi inilah rasul Paulus memulai pelayanan penginjilan dan mendirikan jemaat. Kisah pendirian jemaat ini telah dibukukan secara lengkap dan cermat oleh Tabib Lukas yang dapat dibaca di dalam Kisah Para Rasul pasal 18:19 s/d 20. Di Jemaat Efesus inilah rasul Paulus menjadikan pusat pekabaran injil untuk seluruh wilayah itu. Rasul Paulus juga setiap kali menjadikan ruang kuliah kampus Tiranus sebagai pusat pekabaran injil kepada orang Yunani dan Yahudi, sehingga banyak orang yang mendengar Firman Allah (Kis. 19:9-11). Jemaat Kristus di Efesus sangat maju sehingga menjadi besar dan berpengaruh di seluruh Asia Kecil. Dan jemaat Efesus sangat disukai banyak orang sesuai arti nama arti Efesus “dirindui” atau diinginkan. Akhirnya jemaat ini tidak hanya setia mendengar Firman Allah, melainkan juga setia di dalam penginjilan.

Jemaat Efesus pada saat kitab ini (Kitab Wahyu) ditulis merupakan jemaat terkemuka di Timur, yaitu kira-kira 35 tahun kemudian setelah jemaat ini didirikan atau kira-kira 50 an tahun setelah gereja lahir (hampir sama dengan usia GIDI). Dikatakan demikian, karena kitab Wahyu ini menurut para ahli Perjanjian Baru adalah sekitar tahun 54 – 57 AD. Namun ketika kitab ini ditulis, kondisi iman dan kesetiaan jemaat Efesus kepada sungguh-sungguh berubah dan tidak lagi berada pada kehendak Allah. Menurut para ahli teologi mengatakan bahwa “ketika kitab ini ditulis, jemaat kota ini belum terlalu jatuh sehingga masih ada kesempatan untuk bertobat.” (saudara boleh setuju dan boleh tidak). Tetapi jika saudara mengamati seluk beluk kota Turki (kini) dan Efesus (Alkitab), maka perubahannya cukup besar, bahkan hampir tidak ada kekristenan di sana, sebab Turki menjadi salah negara Muslim di Asia.

Oleh karena itu, sebelum hal itu terjadi firman Tuhan di ilhamkan melalui perantaraan rasul Yohanes, penulis Injil Yohanes dan surat-surat Yohanes ini untuk disampaikan malaikat (gembala sidang) jemaat Efesus. Perhatikan firman Allah yang dikutip di atas. Yesus Kristus yang adalah alpha dan omega itu mencela karena jemaat itu berubah dan berbalik dari kesetiaan dan kasih yang mula-mula. Kasih mula-mula yang dimaksudkan di sini adalah kasih yang lahir dan dirasakan dari dalam sanubari yang hasilkan melalui jamahan kuasa Roh Kudus yang terjadi secara vertikal, kemudian dinyatakan dalam kehidupan praktis melalui mengasihi sesama secara horizontal dengan cara menyelamatkan orang berdosa dengan pekabaran injil dan kesasksian hidup. Jadi di sini berbicara tentang penginjilan yang telah dilakukan sebelumnya, sebab hal itu sudah berubah.

Tetapi sebenarnya Yesus Kristus masih mau memberikan kesempatan kepada jemaat ini apabila mereka bertobat. Hal ini terutama diperingatkan kepada para pemimpin gereja, sebab yang dimaksudkan “malaikat jemaat” di sini harus dimengerti sebagai pemimpin jemaat. Apabila tidak bertobat, maka mereka terancam dengan berfirman bahwa “Aku akan mengambil kaki dianmu ...” artinya Tuhan akan membiarkan mereka dikuasai oleh kuasa kegelapan dunia, sebab Roh Kudus sudah bekerja lagi melalui gerejaNya. (Lihat kondisi jemaat Efesus yang berubah menjadi Turki sekarang). Kemudian firman Allah di sini diakhiri dengan satu pernyataan yang cukup tegas, yaitu “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat ...” Pernyataan ini merupakan suatu tantangan yang membutuhkan respons yang serius oleh baik pemimpin maupun anggota jemaat dengan selalu mengingat fakta historis kepada jemaat Efesus. Sebab Jemaat Efesus adalah jemaat bintang di Asia Kecil di antara jemaat-jemaat lain, namun jatuhnya luar biasa sebagaimana kita lihat hari ini.

Refleksi!
Gereja dihadirkan Allah untuk mengasihi Allah dengan cara melaksanakan/ meneruskan misi Kristus di bumi, agar semua lidah di bumi mengaku Dia adalah Tuhan dan Allah yang hidup. Semua yang dilakukan oleh gereja hanya kepentingan Kristus, supaya semua orang memuliakan Allah. Sebaiknya perlu menghinari semua praktek yang arahnya mau mencuri kemuliaan Allah dengan semua bentuk program dan pelayanan yang ada.

Gereja harus ditempatkan pada tempat yang benar dan tepat. Gereja tidak boleh digiring oleh kepentingan dan motivasi lain selain tujuan Allah. Semua bentuk pelayanan harus diletakkan pada poros kehendak Allah atau kembali ke rell yang benar. Gereja perlu hadir di berbagai lini kehidupan manusia dengan berdiri teguh pada pendiriannya, yaitu sebagai wakil atau duta Allah di bumi.

Oleh karena itu, saya usul kepada semua pemimpin gereja, umat Allah dan generasi sebagai tulang punggung gereja, agar KITA SEMUA KEMBALI KEPADA ALKITAB. Pendekatan firman Tuhan terutama Matius 28:19-20 dan Kisah Rasul 1:8 yang merupkan karakter dan nafas gereja itu perlu didekati dengan pendekatan yang benar, dengan metode yang baik. Jika ini dilakukan, maka saya yakin bahwa umat Tuhan akan bertumbuh secara baik sebab dilayani dengan baik, kemudian beban tentang mengasihi orang berdosa itu akan dirasakan oleh jemaat (bukan dilakukan oleh sekelompok orang seperti kenyataan dewasa ini).

Pemberitahuan!
Saya setuju apabila ada saudara yang mengatakan “tulisan ini sangat subyektif” tetapi saya mau membawa pikiran kita untuk melihat bagaimana pelayanan gereja dewasa ini. Membawa pikiran kita untuk melihat “bagaimana pelayanan 10 s/d 20 tahun sesudah gereja lahir” dengan membandingkan “bagaimana pelayanan 10 s/d 20 tahun terakhir.” Masing-masing era itu segala keterbatasan dan kelebihan yang ada, kemudian melihat bagaimana pertumbuhan iman tidak hanya dilihat dari segi kuantitas, melainkan yang paling penting adalah dari segi kualitas iman jemaat. Kiranya tulisan ini mendorong kita lebih reaktif di dalam semua bentuk pelayanan yang ada. Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja Injili Di Indonesia memberkati. (By: Lenko)

Rabu, 17 Agustus 2011

HAKIM ATAS PEMIMPIN DUNIA

Adakah kesadaran pada para pemimpin bangsa kita bahwa mereka adalah hamba Tuhan? Bahwa mereka akan dihakimi Allah tentang sikap dan cara kerja mereka? Rupanya sebagaian besar tidak menyadari atau tidak memahami akan hal itu. Krisis kepemimpinan melanda di Indonesia mulai dari kalangan eksekutif, legislatif, bahkan di kalangan yudikatif. Tipe para pemimpin kita saat ini adalah jalan-jalan tapi katanya studi banding, korupsi tapi katanya uang lelah, jegal-menjegal tapi katanya ungkapan wibawa atau bahasa politik, pembiaran masalah tapi katanya mencari ide. Hal ini bukan lagi menggejala tetapi sudah membudaya di negeri ini. Oleh karena itu sebagaian besar masyarakat Indonesia, termasuk orang Kristen dan gereja Tuhan jadi tawar hati, marah dan tidak perduli.

Kita harus konsisten bertindak benar di area public. Ini saja tidak cukup. Perlu ada keberanian dan kerendahan hati menyuarakan beberapa hal penting seperti yang dipaparkan oleh pe-Mazmur di dalam pasal 82 ini, yakni:

Pertama, ditegaskan di sini bahwa posisi pemimpin adalah suatu kehormatan besar. Allah yang menetapkan mereka meskipun prosesnya adalah melalui pemilihan rakyat (ayat 6, bnd Rm. 13:1). Karena itu para pemimpin harus bertindk terhormat sebagai wakil Allah di tengah-tengah umat manusia sebagai ciptaan Allah.

Kedua, Allah sedang mengevaluasi (ayat 5) dan akan menghakimi. Dampak evaluasi Allah atas para pemimpin bias terjadi kini, bias juga fatal kelak (ayat 7).

Ketiga, Allah adalah hakim yang adil. Ia memiliki standart penugasan dan standart evaluasi yang jelas dan tegas. Allah tidak akan membiarkan pemimpin yang mengorbankan orang kecil atau rakyat biasa. Ia mau agar ada upaya pemerataan dan penyetaraan ke semua kelompok, kalangan dan golongan tanpa membeda-bedakan (ayat 3, 4). Dan karena Ia adil, maka Ia sendiri yang akan menentukan bagaimana sesungguhnya kondisi factual seorang pemimpin (ayat 5).

Gereja Tuhan harus mengambil sikap dan berada di posisi sebagai pemberi solusi dan pengarah bagi semua pemimpin, kemudian memberikan pembinaan tentang prinsip-prinsip penting ini. Gereja melepaskan diri dan terlepas dari semua kepentingan dan dorongan, bahkan mengalahkan semua motivasi-motivasi yang mengganggu itegritas dirinya sebagai institusi ilahi di bumi ini. Gereja Tuhan perlu ada kesadaran akan fungsinya dan perlu ada sikap ketundukan kepada sang komandanNya, yakni Yesus Kritus sebagai pemimpin yang agung dan hakim yang adil.

Sebentar lagi kita akan mengikuti pemilihan umum kepala daerah (pemilukada). Kita harus memilih sebisa mungkin pemimpin yang mendekati kriteria ini, pemimpin yang mau sadar akan arti seorang pemimpin, pemimpin yang siap dievaluasi dan pemimpin yang mau membela kepentingan masyarakat dan rakyat yang lemah tanpa mementingkan kelompok dan golongan, dan atau kepentingan diri sendiri. Selain tunduk kepada pemimpin yang terpilih, gereja Tuhan juga harus siap melayaninya dan berani mengingatkan pemimpin tentang tanggung jawab kepada Allah.

Pemimpin gereja perlu diadakan pembinaan dan latihan agar umat Kristen memiliki ketrampilan untuk menyuarakan suara kenabian melalui pemilihan, tetapi juga melalui doa di ruang publik. Umat harus memposisikan diri sebagai umat Allah, sehingga melakukan cara-cara yang dinginkan oleh Allah. Ingat, Kristus sebagai hakim yang adil, mengawasi dan menyertai gerejaNya di dalam melaksanakan fungsinya sebagai agen Allah di bumi, suatu saat pasti akan dinyatakan dan diminta pertanggung jawab dari kita masing-masing.

Karena itu sebagai pemimpin siap menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah dan siap dievaluasi. Dan sebagai umat siap mendukung dan mentaati semua kebijakannya, tetapi juga siap mengevaluasinya melalui suara kenabiannya. Di dalam hal ini, pemimpin gereja bertindak sebagai pengarah dan pemberi solusi melalui pembinaan spiritual, baik kepada pemimpin maupun kepada umat.

Ingat, kita tahu bahwa Allah akan menjalankan dan mengerjakan bagianNya. Dan Dia mau gerejaNya melaksanakan tugas dan fungsinya, maka saya percaya bahwa PASTI YAHWEH memberkati Tanah Papua dan umat Tuhan hidup dengan menemukan arti hidup yang selama ini tidak dinikmatinya. Percalah, Allah telah membuktikan diriNya di dalam sejarah manusia, orang kuat manapun diurusNya jika tak beres. Mengapa ragu, YAHWEH itu Tuhan kita dan Tuhan orang Papua yang dimiliki di dalam Yeshua Amashia atau Yesus Kristus itu.

(Anda yang berjuang di luar daerah dan yang ada di daerah, yang menginginkan transformasi daerah, berdoalah dan mintalah kepada Tuhan pemimpin yang berhati hamba yang mau melayani. Ingat, salah menentukan dengan cara-cara yang kurang baik, maka apapun kebijakan pemimpin tersebut anda akan ikut mempertanggung jawabkan kepada hakim yang adil)
(By. Ev. Lenis Kogoya)

Selasa, 16 Agustus 2011

Menjadi Saksi Kristus

“… you shall be My witnesses both…."
(Acts 1:-6-8)

Pernyataan Tuhan Yesus yang agung ini merupakan jawaban atas sebuah pertanyaan yang merupakan salah satu hal yang mendorong para dua belas murid di dalam mengikuti dan melayani Dia selama 3 stengah tahun di bumi. Dua belas murid Yesus yang berlatar belakang orang Israel ini merinduhkan kehadiran mesias untuk memerdekakan Israel dari jajahan dan belenggu bangsa lain, terutama pemerintahan romawi untuk keluar sebagai sebuah bangsa. Karena itu para murid ini bertanya kepada Yesus bahwa, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel” (Acts 1:6). Jawaban Tuhan Yesus sangat tegas, yaitu kemerdekaan secara fisik itu bukan tujuan kedatangan meskipun dampak kemerdekaan rohani akan ke situ, juga kemerdekaan secara bangsa dan secara materi ( kemerdekaan harta) tanpa kemerdekaan rohani bukan harapan Tuhan Yesus meskipun hal itu merupakan dampak dari pemulihan rohani.

Yang Tuhan Yesus rindukan adalah terlebih dahulu memerdekan atau memulihkan orang secara spiritual dengan cara menjadi saksi, sehingga setiap orang merasakan pemulihan rohani juga dengan sendirinya merasakan pemulihan secara materi atau kemerdekaan sebuah bangsa. Masalah pemulihan fisik dan materi itu merupakan hak dan kedaulatan Bapa di sorga menurut kehendak dan kuasaNya dan tujuannya adalah hanya untuk kemuliaan namaNya.

Amanat tentang “menjadi saksi Kristus” ini merupakan kata-kata wasiat dari sang Juruselamat, yaitu sesaat atau detik-detik sebelum Ia terangkat ke sorga. Artinya pesan ini memiliki kuasa dan makna berganda bagi kehidupan semua manusia di dunia, tetapi hanya bagi mereka yang mau menerima dan mengakui Dia sebagai junjungan hdupnya. Setiap orang yang menerima kuasa ini, harus menjadi saksi Kristus dengan menaklukan semua kepentingan dan motivasi yang hanya mencari kekuasaan dan kemuliaan dirinya. Mandate ini tidak bisa dilaksanakan hanya sebagai tugas dan rutinitas semata, melainkan harus diterima dengan penuh penghayatan dan dijiwai di dalam kehidupan nyata sebagai suatu kewajiban.

Sang pemberi amanat membenci dan mengutuk barangsiapa yang hanya menjadikan pernyataan “menjadi saksiKu” ini sebagai topeng di dalam seluruh kehidupan dan pelayanannya, tidak lain yaitu hanya dengan motivasi yang tidak murni dan hanya untuk mencari keuntungan atau memperkaya diri semata. Motivasi melayani Tuhan dan cara menjadi saksi Kristus harus dengan cara yang benar dan hanya untuk kemuliaan nama Allah, dan jiwa-jiwa yang dating kepada Tuhan, umat Tuhan yang giat berdoa, mengutus para penginjil, gereja berdiri di mana, banyak orang yang memiliki kepastian yang jelas di dalam Tuhan yang akan diangkat oleh Kristus kelak.

Hendaknya gereja Tuhan harus menghindari motivasi – motivasi yang semu atau sementara seperti para murid di atas. Hendaknya jemaat Tuhan harus menghindari semua program dan visi yang sesungguhnya bukan visi dari Allah, tetapi sesungguhnya program-program di dalam terselubung kepentingan dan hanya kemuliaan dirinya, dengan hanya menggunakan stegmen-stegmen dan slogan-slogan yang sebenarnya HANYA MENGALKITABKAN bahasa. Hal ini tidak lain, hanya ingin memperkosa Alkitab dengan menarik perhatian jemaat.

Oleh karena itu, dipesankan kepada semua jemaat, generasi gereja, para pemimpin gereja, para kader dan kepada mitra gereja lain bahwa JADILAH SAKSI KRISTUS YANG MENGHASILKAN BUAH, LAYANILAH SEORANG AKAN YANG LAIN DENGAN KASIH ALLAH, HINDARILAH MUATAN-MUATAN KEPENTINGAN DI DALAM BERBAGAI PROGRAM DAN NANTIKANLAH SANG PEMEBERI MANDAT UNTUK MEMPERTANGGUNG JAWABKAN KEWAJIBAN KITA KEPADA-NYA KELAK.

By: Ev. Lenis Kogoya

Keunikan GIDI

Gereja Injili Di Indonesia memiliki berbagai keunikan yang harus dilihat, terima dan diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh semua warga gereja ini tanpa dikontrol, dikendalikan bahkan tanpa didesak oleh berbagai kepentingan dan motivasi, kecuali hanya untuk kemuliaan nama Allah Tritunggal. Keunikan-keunikan tersebut akan dijelaskan secara singkat pada tulisan ini, yakni antara lain adalah:

1. Nama gereja: Nama wadah ini adalah Gereja Injili Di Indonesia yang disingkat dengan GIDI. Melalui nama ini memberikan kesan secara tersirat terutama kepada warga gereja ini bahwa "semua bentuk pelayanan dan kehidupannya hanya berdasarkan Alkitab (injili)," bukan berdasarkan kata orang atau kata hati. Semua bentuk pelayanan dan program hanya bersifat injili. Sedangkan tempat pelayanannya adalah Di Indonesia. Allah telah mempercayakan gereja ini untuk membawa dan menjangkau jiwa-jiwa yang ada di bumi ini. Indonesia adalah Sabang sampai Merauke. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh gereja saat ini hanya sesuai untuk menjangkau negeri ini. Artinya, bersifat injili dan tempatnya di Indonesia. 

2. Logo gereja: Logo gereja ini berbentuk lingkaran dan bulat, tanpa ujung, yaitu ada dua lingkaran (dalam dan luar). Lingkaran ini menandakan kebersamaan dan persatuan tubuh Kristus dalam wadah ini. Persatuan dan kebersamaan atau sehati. sepikir, setujuan dapat diperlihatkan mulai dari dalam atau pengurus gereja, kemudian keluar keanggota jemaat, supaya kebersamaan terjalin, sehingga dunia melihat gerejaNya menjadi seperti kerinduhan Yesus yang diungkapkan dalam doaNya di Yohanes 17. Artinya, pengurus, baik sinode, wilayah, klasis, daerah, maupun hamba-hamba Tuhan menjadi satu, kemudian umat menjadi satu. 

3. Atribut gereja: Atribut yang ada dalam gereja ini adalah Alkitab dan salib Kristus. Hal ini menyatakan bahwa dasar gereja ini adalah Alkitab (PL & PB) yang memiliki otoritas tertinggi yang mutlak dipercaya dan diterima oleh seluruh warga gereja. Semua bentuk pelayanan dan program hanya berdasarkan Alkitab sebagai dasarnya. Sedangkan salib Kristus menandakan bahwa gereja ini lahir melalui kematian dan kebangkitan Kristus yang merupakan wujud kasih Allah yang agung itu. Selain itu, gereja ini memberitakan karya agung ini kepada dunia, agar dunia mengenal dan merasakan Kasih Allah itu. artinya, Gereja ini berdiri di atas dasar Alkitab, dan mengakui serta memberitakan berita tentang salib. 

4. Motto gereja: Motto gereja ini adalah "MENJADI SAKSI KRISTUS" sesuai Kisah Rasul 1:8. Semua warga gereja mau hidup sebagai Kristus: DI MANAPUN, KAPANPUN, BAGAIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN selagi masih hidup di bumi ini.

5. Visi dan Misi Gereja: Visi dan misi gereja ini adalah "PERGI DAN MENJADIKAN SEMUA BANGSA MURID KRISTUS" sesuai dengan Matius 28:19-20. Di sini terlihat gereja punya dwitugas, yaitu menjangkau dan memuridkan orang. Dan tugas ini dijalankan secara serempak dan selaras, dan terjadi secara berkesinambungan agar terjadi multiplikasi (pelipatgandaan). Artinya, tugas menjangkau dan memuridkan itu terjadi secara serempak dan selaras sehingga sungguh-sungguh terjadi multiplikasi, sebagaimana pola yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dengan memuridkan duabelas orang untuk misi ini. 

6. Tujuan gereja: Tujuan gereja ini hanya satu, yaitu "MEMPERMULIAKAN ALLAH" melalui kehidupan dan pelayanannya. Wadah ini adalah wadah ilahi, karena itu semuanya terjadi hanya untuk kemuliaan namaNya, bukan untuk kemuliaan dan kehormatan manusia. Karena itu dalam semua bentuk kehidupan dan pelayanannya harus selalu mengepankan ini, METODE pelayanan harus benar, MOTIVASI pelayanan harus benar dan MUTU atau kualitas pelayanan yang dihasilkan juga harus benar dan bertahan kekal. Semuanya ini akan dipertanggung jawabkan kepada Sang Pemberi Amanat Agung ini.

7. Warga gereja: Warga gereja ini terdiri dari bermacam-macam suku, bahasa, dan bangsa dan juga berasal dari berbagai daerah, pulau dan negara. Sungguh-sungguh terlihat tubuh Kristus di dalam gereja ini. 

8. Sejarah gereja: Gereja ini lahir di tengah-tengah orang-orang yang hidup berbusanakan koteka dan cawat yang terbuat dari rumput dan kulit kayu. Gereja ini lahir di daerah yang bertembokkan gunung-gunung tebing dan perbukitan yang selalu diselimuti dengan awan dan salju. Gereja ini lahir di tengah sebuah suku yang besar yang penduduknya berdomisili di sepanjang wilayah pegunungan tengah Papua, namun memiliki batas-batas yang cukup sulit terjangkau dengan adanya batas marga, kebiasaan, golongan, bahkan dengan adanya selalu perang antar suku. Gereja ini lahir di tengah berbagai macam keterbatasan dan kekurangan, yaitu dari segi kondisi medan, kondisi geografis, kondisi cuaca, kondisi kebiasaan masyarakat dan sebagainya. Namun kuasa Injil Kristus menembus semua keterbatasan dan kekurangan, bahkan menerangi kegelapan pengunungan yang sedang diselimuti oleh kondisi awan dan salju itu. 

9. Sistem pemerintahan gereja: Sistem pemeritahan ini kombinasi antara presbyterial dan congregational, yaitu pemerintahan yang tidak hanya terpaku dan berpijak dari keputusan dan kebijakan leaders church tetapi juga atas mufakat dan musyawarah sidang jemaat. Tentu kesepakatan sidang berdasarkan prinsip biblika dengan melihat kondisi pelayanan. Ini merupakan suatu sistem pemerintahan gereja yang sangat unik yang ada, dibandingkan dengan gereja-gereja lain.

10. Asset Gereja: Gereja ini memiliki asset yang cukup besar dan sangat kaya raya. Asset ini berkaitan dengan kekayaan gereja, yaitu yang bergerak dan yang tidak bergerak. Asset yang tidak bergerak adalah gedung, tanah, termasuk wilayah dan daerah pelayanan gereja dalam lingkup besar. Dalam hal ini, wilayah pelayanan basis GIDI seperti: Kabupaten Puncak Jaya, Tolikara, Yahukimo, Mamberamo Tengah, Mamberamo Raya, Jayawijaya dan beberapa kabupaten lain meskipun sebagian. Asset yang bergerak adalah terutama manusia-manusia GIDI, yaitu para kader yang pemerintahan dan para kader hamba Tuhan. Asset seperti ini tidak dimiliki oleh gereja-gereja lain. Artinya, harus diakui bahwa GIDI sangat kaya, baik dari segi yang tak bergerak, maupun yang bergerak. 

11. Dan banyak keunikan lain yang ada bila dikaji secara teliti dan detail.
Apabila merenungkan kembali keunikan-keunikan seperti ini, maka bangga dan bersyukur menjadi anak GIDI. Namun sungguh-sungguh sadar sebagai generasi GIDI, bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan belum dilakukan, bahkan belum disadari atau mungkin belum dibangkit kesadaran itu oleh para pemimpin gereja kepada generasinya untuk melihat kembali keunikan-keunikan tersebut, dengan harapan bahwa semua kapasitas dan kemampuan gereja bangkit, rapatkan barisan dan maju bersama visi tersebut. Akhirnya lahan yang Tuhan percayakan, yaitu Indonesia ini kita garap dengan bergantengan tangan semua kader, mengefektifkan semua wilayah pelayanan dan melihat tonggak-tonggak historis gereja ini, agar pekerjaan-pekerjaan besar Allah di dalam GIDI tersebut diangkat, sehingga semua generasi bahkan dunia memuliakan Allah.

Oleh karena itu, GIDI menyapa para kader dan generasinya untuk tidak terhanyut dengan perkembangan dunia sekarang dan juga mengajak para pemimpin untuk menghindari terjadinya sekularisasi eksistensi GIDI dengan slogan-slogan religious yang kosong, bahkan tidak menjadikan GIDI sebagai instrumen atau anjang kepentingan lain. Tetapi kembalikan kepada rel semula dan yang sesungguhnya. Tujuan tulisan ini adalah bentuk refleksi demi terjadinya reorientasi pelayanan GIDI dengan adanya tantangan zaman agar terjadi rekonsiliasi demi terwujudnya GIDI yang kokoh di dalam mengemban visi.
(By: Ev. Lenis Kogoya)